Prostitusi
secara istilah merupakan usaha pelacuran atau pelayanan seks. Prostitusi atau pelacuran itu
sendiri sudah ada sejak masa Kolonial. Praktik prostitusi pada masa VOC atau
Hindia Belanda dilatar belakangi kebutuhan orang-orang eropa yang
awalnya tidak membawa istri-istri mereka, sehingga butuh pelampiasan birahi sehingga memilih untuk mengawini wanita pribumi baik untuk dijadikan sebagai istri atau hanya sebatas gundik. Praktik prostitusi ini tersebar di daerah pantai utara khususnya kota-kota penting seperti Batavia, Semarang sampai Surabaya. Bisnis ini didukung oleh pemerintah kolonial. Sisa-sisa masa lalu masih ada hingga era
modern sekarang ini, walaupun tempat semacam Dolly, Saritem, Kramat Tunggak, dll. sudah digusur dan dibangun fasilitas lain yang lebih bermanfaat bagi masyarakat namun masih ada praktik prostitusi yang berlangsung meski terselubung.
Prostitusi
atau pelacuran merupakan penyakit masyarakat, tidak mudah untuk memusnahkan praktik tersebut dari kehidupan masyarakat. Banyak faktor pendukung terjadinya prostitusi mulai dari
faktor ekonomi, sosial, maupun psikologi dari penjaja dan juga peminat prostitusi. Ada juga orang yang beralasan karena untuk menghindari atau melampiaskan emosi sehingga seseorang yang
mengalami masalah merasa ingin melakukan segala sesuatu sesuai kehendak
hatinya sebagai luapan emosi atau hanya sekedar ingin memuaskan dirinya.
Faktor
lingkungan, disini lingkungan memegang andil sangat penting dalam pembentukan
kepribadian seseorang, walaupun keluarga merupakan faktor pembentuk kepribadian
yang utama tetapi tidak menutup kemungkinan lingkungan juga bertindak dalam pembentukan kepribadian seseorang, Selain itu juga ada factor pengaruh
ekonomi dimana seorang yang berprostitusi merasa bahwa hanya itu yang bisa
dilakukan untuk menyambung hidup.
Tangerang
yang merupakan daerah penyangga Ibukota mempunyai penyakit sama yang tidak bisa
dihindari dari sisi gelapnya perkotaan yang merembet hingga daerah sekitar. Awal mulanya
muncul lokalisasi di Tangerang karena dibubarkannya lokalisasi besar macam Kramat Tunggak, Gajah Mungkur, Saritem, dan Dolly. Kebanyakan dari pengusaha atau penjaja seks
tersebut mencari daerah lain sebagai tempat membuat usaha baru terutama daerah
kota besar. Tangerang yang notabene adalah daerah perindustrian
pastinya menjadi daya tarik bagi para mucikari.
Lokalisasi
terbesar di Tangerang adalah lokalisasi dadap yang terletak di kecamatan
kosambi, Kabupaten Tangerang. Lokalisasi ini merupakan tempat para penjaja
cinta sejak tahun 80-an. Namun namanya melambung ketika tempat lokalisasi lain
seperti dolly ditutup. Bahkan banyak dari pekerja seks yang pindah dari dolly
ke dadap.
Respon
dari masyarakat terhadap lokalisasi ini juga mempengaruhi kelangsungan
lokalisasi ini. Masyarakat sekitar cenderung biasa-biasa saja, ada juga yang
menyewakan kamar untuk para penjaja seks. Namun demikian tidak sedikit yang
protes dan menginginkan ditutupnya lokalisasi ini.
Walaupun
kecaman dari segala pihak terhadap prostitusi telah cukup untuk memberikan
peringatan keras terhadap para pelaku prostitusi, namun nampaknya hal tersebut direspon sedikitpun oleh para pelaku prostitusi , malah prostitusi
semakin marak dan tidak mengenal kota ataupun desa. Sepertinya hal tersebut sudah tidak lagi tabu untuk dibicarakan. Bahkan
permasalahan ini menjadi hal yang sangat mendapat perhatian khusus dimana
penyakit HIV/ AIDS banyak menyerang masyarakat karena akibat dari prostitusi
ini.
Faktor- Faktor Penyebab Terjadinya Pelacuran
Berlangsungnya
perubahan- perubahan sosial dan degredasi dalam kebudayaan,
mengakibatkan ketidakmampuan banyak individu untuk menyesuaikan diri dan
mengakibatkan timbulnya disharmonisasi, konflik- konflik eksternal dan
internal, juga organisasi dalam masyarakat.
Peristiwa-
peristiwa tersebut memudahkan individu menggunakan pola- pola umum yang
berlaku. Dalam hal ini ada pola pelacuran, untuk mempertahankan hidup ditengah-
tengah hiruk-pikuk alam pembangunan, khususnya di Indonesia.
Beberapa
peristiwa sosial penyebab timbulnya pelacuran antara lain sebagai berikut :
a. Tidak adanya UU yang
melarang pelacuran. Juga tidak ada larangan terhadap orang- orang yang
melakukan relasi seks sebelum pernikahan.
b. Adanya keinginan dan
dorongan manusia untuk menyalurkan kebutuhan seks, khususnya di luar ikatan
perkawinan.
c. Komersialisasi dari
seks, baik dari pihak wanita maupun germo- germo dan oknum- oknum tertentu yang
memanfaatkan pelayanan seks.
d. Merosotnya norma- norma
susila dan keagamaan.
e. Semakin besarnya
penghinaan orang terhadap martabat kaum wanita dan harkat manusia.
f. Kebudayaan eksploitasi
pada zaman modern ini, khususnya mengeksploitasi kaum lemah/ wanita untuk tujuan-
tujuan komersil.
g. Ekonomi laissez-faire menyebabkan
timbulnya system harga berdasarkan hokum “jual dan permintaan”, yang diterapkan
pula dalam relasi seks.
h. Peperangan dan masa-
masa kacau olem gerombolan- gerombolan pemberontakan di dalam negeri
meningkatkan jumlah pelacuran.
i. Adanya proyek- proyek
pembangunan dan pembukaan daerah- daerah pertambangan dengan konsentrasi kaum
pria, sehingga mengakibatkan adanya ketidakseimbangan rasio dan wanita
didaerah- daerah tersebut.
j. Perkembangan di kota-
kota, daerah- daerah pelabuhan dan industry yang sangat cepat menyerap banyak
tenaga buruh serta pegawai pria.
k. Bertemu macam- macam
kebudayaan asing dan kebudayaan- kebudayaan setempat.1
Motif- motif yang Melatarbelakangi Pelacuran
Mengingat latar belakang
Tangerang yang mengarah ke Industri, banyak orang yang ingin mengambil
keuntungan dari hal tersebut. Termasuk para panjaja seks, yang berduyun-duyun
datang ke Tangerang untuk mencari rejeki lewat jalan malam yang tidak mereka
sadari membawa pengaruh buruk. Para penjaja seks ini berasal dari banyak daerah
diluar Tangerang terutama dari Jawa Timur.
Setelah
dolly ditutup banyak dari para PSK ini eksodus ke daerah lain hingga sampai ke
lokalisasi dadap Tangerang. Lokalisasi dadap ini merupakan lokalisasi terbesar
di Tangerang. Banyak mucikari, germo, dan PSK yang menjajakan seks. Warga
sekitarpun ikut andil dengan menyewakan kost-kostan dan menjaga parker para
pria hidung belang.
Dilihat
dari motivasi para penjajaj dari luar kota adalah adanya kecenderungan
melacurkan diri pada banyak wanita untuk menghindarkan diri dari kesulitan
hidup, dan mendapatkan kesenangan melalui jalan pendek. Kurang pengertian,
kurang pendidikan, dan buta huruf, sehingga menghalalkan pelacuran. Ada nafsu- nafsu yang
abnormal, tidak terintegrasi dalam kepribadian, dan keroyalan seks. Histeris
dan hyperseks, sehingga mereka tidak merasa puas mengadakan relasi seks dengan
satu pria/ suami. Tekanan ekonomi, factor kemiskinan, ada pertimbangan-
pertimbangan ekonomis untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya, khususnya
dalam usaha mendapatkan status social yang lebih baik.
Akibat- akibat Pelacuran
Beberapa akibat yang di
timbulkan oleh pelacuran ialah sebagai berikut :
1. Menimbulkan dan
menyebarluaskan penyakit kelamin dan kulit. Penyakit yang paling banyak
terdapat ialah syphilis dan gonorrhoe (kencing
nanah).
2. Merusak sendi- sendi
kehidupan keluarga. Suami- suami yang tergoda oleh pelacur biasanya melupakan
fungsinya sebagai kepala keluarga.
3. Mendemoralisasi atau
memberikan pengaruh demoralisasi kepada lingkungan khususnya anak- anak muda
remaja pada masa puber dan adolensi.
4. Berkorelasi dengan
kriminalitas dan kecanduan bahan- bahan narkotika (ganja, morfin, heroin, dan
lain-lain).
5. Merusak sendi- sendi
moral, susila, hokum dan agama.
6. Adanya pengeksploitasian
manusia oleh manusia lain.
7. Bisa menyebabkan
terjadinya disfungsi seksual. 1
Solusi menghilangkan prostitusi
Prostitusi
merupakan masalah yang sangat pelik, menyangkut kehidupan moral bangsa. Begitu
gilanya manusia dalam memenuhi masalah individual mengakibatkanmunculnya hasrat
seks yang sanagat jauh dari garis norma di masyarakat. Penyalahan norma ini
cenderung terjadi karena berbagai macam motif dan aspek, dari mlai sosial
hingga ekonomi.
Pemerintah
dalam hal ini dinas sosial telah banyak melakukan upaya untuk menyelesaikan
masalah ini. Mulai dari memberi penyuluhan untuk para PSK, membuat lapangan
kerja bagi PSK, samapi membubarkan lokalisasi tidak pernah terhenti praktik
semacam ini. Lokalisasi yang terkenal seperti dolly, saritem, dan gajah mungkur
telah hilang, namun bibitnya meneybar hingga lokalisasi dadap di Tangerang.
Seyogianya
jika memang pemerintah ingin menghapuskan praktik-praktik tersebut maka harus
ada undang-undang tentang larangan atau pengaturan penyelenggaraan pelacuran. Intensifikasi
pendidikan keagamaan dan kerohanian, untuk menginsafkan kembali dan memperkuat
iman terhadap nilai religius serta norma kesusilaan. Bagi
anak puber dan remaja ditingkatkan kegiatan seperti olahraga dan rekreasi, agar
mendapatkan kesibukan, sehingga mereka dapat menyalurkan kelebihan energi. Perluas
lapangan kerja bagi kaum wanita disesuaikan dengan kodratnya dan bakatnya,
serta memberikan gaji yang memadahi dan dapat untuk membiayai kebutuhan hidup.
Diadakan
pendidikan seks dan pemahaman nilai perkawinan dalam kehidupan keluarga. Pembentukan
team koordinasi yang terdiri dari beberapa instansi dan mengikutsertakan
masyarakat lokal dalam rangka penanggulangan prostitusi.
Sedangkan
usaha-usaha yang bersifat represif kuratif dengan tujuan untuk menekan,
menghapus dan menindas, serta usaha penyembuhan para wanita tuna susila, untuk
kemudian dibawa kejalan yang benar. Melakukan kontrol yang ketat terhadap
kesehatan dan keamanan para pelacur dilokalisasi. Mengadakan
rehabilitasi dan resosialisasi, agar mereka dapat dikembalikan sebagai anggota
masyarakat yang susila. Rehabilitasi dan resosialisasi dilakukan melalui
pendidikan moral dan agama, latihan kerja, pendidikan ketrampilan dengan tujuan
agar mereka menjadi kreatif dan produktif.
Pembinaan
kepada para WTS sesuai dengan bakat minat masing-masing. Pemberian
pengobatan (suntiakan) paa interval waktu yang tetap untuk menjamin kesehatan
dan mencegah penularan penyakit. Menyediakan lapangan kerja baru bagi mereka
yangbersedia meninggalkan profesi pelacur, dan yang mau memulai hidup susila. Mengadakan
pendekatan kepada pihak keluarga dan masyarakat asal pelacur agar mereka mau
menerima kembali mantan wanita tuna susila untuk mengawali hidup barunya. Mencarikan
pasangan hidup yang permanen (suami) bagi para wanita tuna susila untuk membawa
mereka ke jalan yang benar, dan Mengikutsertakan para wanita WTS untuk
berpratisipasi dalam rangka pemerataan penduduk di tanah air dan perluasan kesempatan
bagi kaum wanita.
Kesimpulan
Tangerang
yang merupakan daerah penyangga Ibukota sekaliagus daerah Industri menyedot
masyarakat luar kota untuk datang. Banyak dari pekerja dari luar kota cenderung
membuka usaha yang negatif seperti usaha lokalisasi terselubung dan
terang-terangan.
Munculnya
praktik prostiusi tidak lepas akarena berbagai factor yang lmelatarelkangi dan
jugamotfi dari para pnejjaja seks tersebut. Pengaruh dari keluarga lingkungan,
samapai kondsisi ekonomi ditengarai menjadi alasan banyak pihak melakuakan
bisnis haram ini. Selain itu juga karena adanya hasrat dan perilaku seks yang
menyimpang turut memberi andil bagi indivisu untuk mencari penjaja seks.
Padahal
jika kita lihat lagi lebih banyak kerugian yang akan ditimbulkan, mualai dari
penyakit-penyakit kelamin yang akan menyebar lewat medium PSK atau WTS. Juga
menurunnya ahlak manuisa terlebih jika memandang dalam persoalan agama
seseoang.
Sudah
banyak usah dari pemrintah dalam pemenghentikan arus perkembangan industry seks
ini temasuk dengan mebubarkan praktik seks seperti yang dilakuakan pada
lokalisasi dolly. Namun memang insutri ini tak kan mati selama penjaja dan dan
pelangga sadar bahwa paa yang mereka lakukan salah dan patut unutk dimusnahkan.
Sumber
http://catatannazla.blogspot.com/2013/01/makalah-prostitusi.html diakses pada 10 Mei 20.02 WIB1
http://jurnaltangerang.com/index.php/en/kab-tangerang2/1513-psk-mangkal-di-lingkungan-puspemkab-tangerang.html diakses pada 10 Mei 2015 20.20 WIB
http://bantenraya.com/metropolis/metro-tangerang/5752-kehidupan-lokalisasi-psk-dadap-cheng-in-3habis diakses pada 10 Mei 2015 20.23 WIB
http://megapolitan.kompas.com/read/2014/09/11/15355991/Mantan.PSK.Dolly.Mangkal.di.Tangerang diakses pada 10 Mei 2015 20.30 WIB
http://www.tribunnews.com/metropolitan/2014/09/11/begini-kondisi-kawasan-prostitusi-dadap diakses pada 10 Mei 2015 20.50 WIB
http://www.tempo.co/read/news/2015/01/07/214633251/Tangerang-Batal-Tutup-Lokalisasi-Dadap diakses pada
11 Mei 2015 05.20 WIB
0 komentar:
Posting Komentar