Minggu, 23 Juli 2017

Sebuah antologi puisi : Musyawarah diantara dua pemikiran

Selepas malam yang bagiku merupakan titik mengacaukan perasaan terutama cinta. Membuat pagi ketika aku terbangun masih lesu dan melihat chat yang masuk dari seseorang terasa hambar. Didalam pikiranku terjadi pertentangan yang hebat antara pihak yang masih ingin bermusuhan dan pihak yang menginginkan perdamaian. Kedua pihak saling tarik menarik, hingga menyebabkan pagi ini aku merasa lesu dan pusing tidak terkira.
Setelah berdiam cukup lama dan berpikir tentang suatu hal yang aku rasa adalah solusi terbaik. Aku tertarik untuk berdamai, dimana sisi ini mampu membuat suatu usaha yang lebih keras dengan memanggil roman-roman dan kisah nostalgia yang membuat lidahku kelu sehingga tak mampu mengatakan apa-apa. Seraya mereka berkata dengan syair-syair dari kahlil gibran, sayup-sayup terdengar seperti ini :

Bagai di ufuk ketidak nyamanan
Disatu sisi diriku memaki-maki pikiran
Menyalahkan segala hal yang menjadi hambatan
Sehingga mereduksi besarnya perasaan

Tak jemu kah malam kau buat begitu kelu
Membutakan mata hati pikiran dan jiwa agar tetap tegak
Mencungkil sisi romatis dalam pikir dan khayalmu
Dan menyederhanakan rasa hingga menjadi retak

Disisi ini kamu masih berdiam
Dengan sejuta romansa dan nostalgia yang telah kami berikan
Mengubur kegalauan ketika malam
Dan menutrisi rasa yang telah pesakitan

Kembali lah pada hakikatnya cinta mu
Dimana yakin dan rindu disatu padankan menjadi satu
Menjadi upaya untuk mebiaskan rasa ragu
Dan menyingkirkan kelemahan dari cinta mu

                       
“ Ketika rasa menjadi biasa, maka nostalgia yang mengembalikannya. Ketika rasa menjadi luar biasa, maka kesal yang mereduksinya” Anbu, 23 Juli 2017 

0 komentar: