Selepas malam yang bagiku merupakan titik mengacaukan
perasaan terutama cinta. Membuat pagi ketika aku terbangun masih lesu dan
melihat chat yang masuk dari seseorang terasa hambar. Didalam pikiranku terjadi
pertentangan yang hebat antara pihak yang masih ingin bermusuhan dan pihak yang
menginginkan perdamaian. Kedua pihak saling tarik menarik, hingga menyebabkan
pagi ini aku merasa lesu dan pusing tidak terkira.
Setelah berdiam cukup lama dan berpikir tentang suatu hal
yang aku rasa adalah solusi terbaik. Aku tertarik untuk berdamai, dimana sisi
ini mampu membuat suatu usaha yang lebih keras dengan memanggil roman-roman dan
kisah nostalgia yang membuat lidahku kelu sehingga tak mampu mengatakan
apa-apa. Seraya mereka berkata dengan syair-syair dari kahlil gibran,
sayup-sayup terdengar seperti ini :
Bagai di ufuk ketidak nyamanan
Disatu
sisi diriku memaki-maki pikiran
Menyalahkan
segala hal yang menjadi hambatan
Sehingga
mereduksi besarnya perasaan
Tak jemu kah malam kau buat begitu kelu
Membutakan mata hati pikiran dan jiwa agar tetap tegak
Mencungkil sisi romatis dalam pikir dan khayalmu
Dan menyederhanakan rasa hingga menjadi retak
Disisi ini kamu masih berdiam
Dengan sejuta romansa dan nostalgia yang telah kami
berikan
Mengubur kegalauan ketika malam
Dan menutrisi rasa yang telah pesakitan
Kembali
lah pada hakikatnya cinta mu
Dimana yakin dan rindu disatu padankan menjadi satu
Menjadi upaya
untuk mebiaskan rasa ragu
Dan menyingkirkan kelemahan dari cinta mu
“
Ketika rasa menjadi biasa, maka nostalgia yang mengembalikannya. Ketika rasa
menjadi luar biasa, maka kesal yang mereduksinya” Anbu, 23 Juli 2017
0 komentar:
Posting Komentar