Minggu, 23 Juli 2017

Sebuah antologi puisi : Musyawarah diantara dua pemikiran

Selepas malam yang bagiku merupakan titik mengacaukan perasaan terutama cinta. Membuat pagi ketika aku terbangun masih lesu dan melihat chat yang masuk dari seseorang terasa hambar. Didalam pikiranku terjadi pertentangan yang hebat antara pihak yang masih ingin bermusuhan dan pihak yang menginginkan perdamaian. Kedua pihak saling tarik menarik, hingga menyebabkan pagi ini aku merasa lesu dan pusing tidak terkira.
Setelah berdiam cukup lama dan berpikir tentang suatu hal yang aku rasa adalah solusi terbaik. Aku tertarik untuk berdamai, dimana sisi ini mampu membuat suatu usaha yang lebih keras dengan memanggil roman-roman dan kisah nostalgia yang membuat lidahku kelu sehingga tak mampu mengatakan apa-apa. Seraya mereka berkata dengan syair-syair dari kahlil gibran, sayup-sayup terdengar seperti ini :

Bagai di ufuk ketidak nyamanan
Disatu sisi diriku memaki-maki pikiran
Menyalahkan segala hal yang menjadi hambatan
Sehingga mereduksi besarnya perasaan

Tak jemu kah malam kau buat begitu kelu
Membutakan mata hati pikiran dan jiwa agar tetap tegak
Mencungkil sisi romatis dalam pikir dan khayalmu
Dan menyederhanakan rasa hingga menjadi retak

Disisi ini kamu masih berdiam
Dengan sejuta romansa dan nostalgia yang telah kami berikan
Mengubur kegalauan ketika malam
Dan menutrisi rasa yang telah pesakitan

Kembali lah pada hakikatnya cinta mu
Dimana yakin dan rindu disatu padankan menjadi satu
Menjadi upaya untuk mebiaskan rasa ragu
Dan menyingkirkan kelemahan dari cinta mu

                       
“ Ketika rasa menjadi biasa, maka nostalgia yang mengembalikannya. Ketika rasa menjadi luar biasa, maka kesal yang mereduksinya” Anbu, 23 Juli 2017 

Rabu, 19 Juli 2017

Jendela



Coba lihat jendela
Tetesan air hujan jatuh seperti biasanya
Angin berhembus meniup ujung kepala
Hingga dingin menusuk sukma
           
Masih menatap jendela
Ketika hujan mereda diujung senja
Mata dijajarkan hamparan awan menggulung indah
Hingga memaksa mata menatap lama

Sekarang tutup lah jendela
Manakala senja berganti bulan purnama
Hembusan angin malam kian menyapu raga
Hingga membuat berdiri bulu roma

Lalu tinggalkan lah jendela
Dimana seperempat jam waktu kau habiskan dengannya
Menatap kemegahan semesta
Hingga kau enggan untuk meninggalkannya

"Lain dari biasanya sebuah kata menjadi aksioma yang janggal, terkadang muncul tiba-tiba mengalir dari ujung kaki hingga kepala" - Kang Anbu, 2017

Senin, 17 Juli 2017

Taman Baca Panggung Inspirasi Sebuah Alasan Membentuk Pondasi

Berdasarkan penelitian Programme for International Student Assessment (PISA) 2012, Indonesia ada di peringkat 60 dengan skor 396 dari total 65 peserta negara untuk kategori membaca. Sementara skor rata-rata internasional yang ditetapkan PISA adalah 500 ( www.sindonews.com ). 


Peringkat ke-lima dari belakang, sebagai orang Indonesia saya mengamini hasil penelitian tersebut dan merasa memang tingkat budaya literasi bangsa kita masih lemah. Jika dibandingkan dengan negara tetangga seperti Malaysia dan Singapura saja pasti masih kalah jauh. Apalagi jika dibandingkan dengan Finlandia, Jerman, atau Australia sekalipun. Rendahnya budaya literasi di Indonesia berkaitan dengan minat baca dan kemampuan dalam menulis. Meskipun dari tahun ketahun angka buta huruf sudah semakin kecil, namun kebiasaan untuk membca dan menulis belum menjadi sebuah kegandrungan. 
Saya menyadari sendiri, bahwa saya hanya rajin membaca namun mandek dalam menulis. Permasalahan yang mendera saya pada saat itu adalah kurangnya motivasi dan wahana untuk mengembangkan diri dalam menulis. Berbeda ketika saya menginjak dunia kampus, dimana budaya literasi tumbuh sedikit demi sedikit karena faktor lingkungan yang memaksa kita untuk melakukan hal tersebut. Hasilnya adalah saya sudah rajin menulis baik itu prosa, opini, resensi, ataupun karya tulis ilmiah. Jadi, proses pemaksaan diri untuk membaca dan menulis ini didorong pula oleh lingkungan. 
Sementara itu, dalam budaya masyarakat kita terutama di daerah, kebiasaan untuk membaca dan menulis sangat rendah. Hal ini di latar belakangi karena lingkungan yang tidak mendukung untuk melakukan hal tersebut. Dimana ada hal lain yang lebih dipilih ketimbang harus berurusan dengan pena dan kertas. Contohnya di tempat yang menjadi latar belakang dibukanya TBM Panggung Inspirasi, Desa Cangkudu Kec.Balaraja. Meskipun daerah nya merupakan areal industri yang secara ekonomis memiliki dampak besar dalam pembangunan perekonomian wilayah setempat ternyata tidak serta mertas menjadi pilar pendukung kemajuan dalam pendidikan utamanya peningkatan budaya baca tulis. 
Program perpustakaan keliling yang mulai diterapkan oleh Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Daerah juga tidak mampu untuk mendorong minat baca tulis masyarakat. Kepedulian pemerintah sebetulnya sudah lama termanifestasi dalam beberapa kebijakan tepat guna. Namun sayangnya infrastruktur dan suprastruktur belum memadai sehingga kebijikan yang digulirkan bak gayung tidak bersambut. 
Sudah banyak kiranya Taman Baca Masyrakat yang dibangun dengan impian dan cita-cita meningkatkan kemapanan masyarakat dengan merangsang minat baca masyarakat. Sayangnya masyarakat kita khususnya masyarakat Balaraja cenderung masih berorientasi pada ekonomi praktis bukan ekonomi pembangunan yang dasarnya harus jelas dan matang. 
Namunm sebuah upaya inisiasi dalam membentuk karakter generasi muda dan pengaktualisasian budaya membaca harus selalu dibangkitkan walaupun dampaknya belum signifikan, Bayangkan jika di sebuah kelurahan atau desa terdapat 10 perpustakaan atau taman baca, setidaknya 10 persen dari masyarakat akan mendatangi tempat tersebut. Meskipun tidak semua kalangan akan datang namun anak-anak hingga remaja yang banyak memiliki waktu luang pasti akan berbondong-bondong untuk datang, apalagi ada kegiatan secara berkala yang dilakukan untuk menarik minat baca masyarakat.
Hal inilah yang mendorong didirikannya Taman Baca Panggung Inspirasi. Dimana pondasinya berada pada keyakinan bahwa masyarakat harus memiliki wahana untuk membaca, tempat yang layak untuk belajar, dan juga buku untuk menutrisi isi kepala.


"Siapapun yang terhibur dengan buku-buku, kebahagiaan tak akan sirna dari dirinya.” 

Minggu, 16 Juli 2017

Komodifikasi Program Pendidikan Karakter dalam Sapta Usaha Tama Era Orde Lama untuk Menghadapi Tren Budaya Global Masa Kini

Masih hangat beberapa kasus di tahun 2017 yang melibatkan pelajar baik dari tingkat dasar hingga perguruan tinggi. Dari mulai permasalahan penyalahgunaan narkoba, tindak asusila, kekerasan, merebaknya pornografi, hingga aksi bullying dan persekusi terhadap pelajar. Hal-hal tersebut merupakan imbas dari gelombang globalisasi yang didorong oleh kemajuan teknologi sehingga masyarakat khususnya pelajar dapat mengakses segala sesuatu hanya lewat sentuhan jari.
Tren yang tidak sesuai dengan nilai-nilai yang terkandung dalam ideologi Negara masuk dan merusak mental generasi millennium. Dari gaya berbicara, berbusana, hingaa berbahasa setiap kali tren baru muncul nampaknya anak-anak di negara ini selalu up to date. Bagus jika hal tersebut merupakan tren positif,  namun sayangnya kebanyakan tren tersebut bersebrangan dengan nilai kearifan lokal.
Hasil gambar untuk kesejahteraan petani
Penulis ambil contoh tren ber tanda pagar “challenges” yang kerap kali muncul dan kebanyakan berasal dari barat. Di beberapa challanges yang pernah muncul dan viral di dunia maya memang membuat tren positif namun tidak sedikit pula yang membawa stigma negatif. Contohnya tanda pagar naik turun challenges, ketika kita melihat dari sisi budaya hal ini berkaitan dengan budaya pop yang ada di Indonesia yaitu musik dan tari-tarian. Namun di satu sisi dalam beberapa unggahan yang pernah penulis lihat banyak sekali yang menabrak nila-nilai moral dan cenderung menjurus pada pornoaksi.
Hal ini membuat penulis khawatir tentang masa depan generasi millennium yang notabene adalah generasi penerus tongkat estafet kepemimpianan bangsa. Mahatma Gandhi pernah memperingatkan tentang salah satu tujuh dosa fatal, yaitu “pendidikan tanpa karakter”.  Dr. Martin Luther King juga pernah berkata: “Kecerdasan plus karakter itu adalah tujuan akhir dari pendidikan sebenarnya”. Semantara itu Bapak Pendidikan Nasional kita Ki Hajar Dewantara mengatakan bahwa tujuan pendidikan bangsa harus berpilar kepada Cipta, Rasa dan Karsa.
Pendidikan karakter merupakan suatu entitas yang luar biasa berpengaruh untuk perkembangan seseorang. Pengalaman penulis sejak SD hingga SMA selalu dicekoki oleh nilai-nilai yang berasal dari Ideologi Negara dan norma-norma dalam masyarakat. Hal tersebut membuat penulis kebal dengan tren-tren masa kini yang terkadang membuat khawatir para orang tua. Pun begitu juga dengan para orang tua yang mendapat pendidikan pada era orde baru ataupun orde lama sepertinya kebal dengan tren-tren masa kini.
Pada era Orde lama muncul sistem pendidikan yang dinamakan Sapta Panca Utama. Sistem pendidikan ini dalam beberapa poin masih diimplementasikan oleh masyarakat luas contohnya adalah upacara bendera dan peringatan hari penting nasional. Namun sayangnya dalam beberapa poin penting seperti usaha pencerdasan masayrakat lewat ilmu terapan dan pendidikan karakter dalam program kelas masyrakat belum konsisten sehingga poin tersebut gagal.
Dengan mengedepankan masalah pendidikan karakter pelajar, komodifikasi terhadap program pendidikan karakter Sapta Usaha Tama yang bisa dilakukan terutama untuk menghadap tren budaya masa kini tentunya adalah dengan merevitalisasi peran Idelogi Negara dalam kurrikulum pendidikan . Hal ini bisa ditambah dengan memperbanyak kegiatan wajib bertemakan kebangsaan dan pembentukan karakter. Untuk monitoring perlu juga diadakan seringnya kelas konseling dan mentoring sehingga kontrol terhadap mental dan moral pelajar bisa dipantau.

Dan pada akhirnya setiap usaha yang coba diperbuat untuk memajukan pendidikan adalah suatu hal  yang wajib dilakukan. Tidak peduli sesulit apa dan semahal apapun caranya, demi kemjuan pendidikan bangsa Indonesia penulis yakini segala hambatan adalah nyata untuk ditaklukan. Semoga bangsa kita semakin kreatif dan inovatif dalam memajukan pendidikan dan tentu saja tetap berpilar pada Cipta, Rasa dan Karsa.

Spirit Eru Tjokro Putri Soekarno


     Indonesia merupakan Negara dengan banyak suku dan budaya. Keanekaragaman yang ada merupakan manifestasi dari kepercayaan terhadap adat, agama, dan tradisi. Kepercayaan terhadap roh nenek moyang ( dinamisme ) dan benda-benda lain ( animisme/totemisme ) merupakan produk budaya yang telah ada sebelum masuknya Hindu-Budha, Islam, maupun Kristen.
        Local Genius merupakan faktor penting muncul dan berkembangnya sebuah kebudayaan. Secara universal kebudayaan memiliki tujuh  unsur, yang terdiri atas sistem religi, sisten organisasi kemasyarakatan, sistem pengetahuan, bahasa, kesenian, sistem ekonomi, dan sistem teknologi ( Koentjaraningrat, 1974 :12 ). Perilaku masyarakat lokal akan mempengaruhi setiap produk budaya yang dihasilkan, contoh suku Jawa dan Minang memiliki hukum adat pernikahan yang berbeda meskipun memiliki kepercayaan yang sama terhadap agama islam.
      Perilaku budaya masyarakat di Indonesia umumnya fleksibel, akulturasi budaya asing dengan lokal adalah salah satu contohnya. Dalam hal kepercayaan terjadi sinkretisasi antara budaya asing dan lokal. Kepercayaan terhadap dewa-dewa pada masa kerajaan Hindu-Budha yang diselaraskan dengan lokal genius yang ada merupakan wujud sinkretisasi antara kepercayaan lokal dan asing.  
        Bagitu pula dengan fenomena kepercayaan terhadap ratu adil, dimana fenomena ini tidak hanya ada dan berkembang di masyarakat Indonesia terutama etnis Jawa. Michael Adas dalam ( Muchlisin, Damarhuda, 1999 : 132 ) pernah melakukan penelitian terhadap fenomena ratu adil dibeberapa Negara  seperti Selandia Baru, India, Afrika, Jerman, dan Burma. Secara universal dalam beberapa komunitas agama besar seperti islam dan kristen juga muncul kepercayaan terhadap ratu adil. Komunitas islam percaya bahwa pada akhir zaman akan muncul Imam Mahdi sedangkan pada komunitas kristen percaya pada kelahiran kembali Isa Al-Masih.
       Fenomena ratu adil ini sering kali muncul ketika kondisi buruk, seperti saat perang, depresi ekonomi, kerusuhan, dll. Buruknya kondisi mengakibatkan masyarakat menderita dan membutuhkan sosok yang mengerti akan penderitaan mereka. Keadaan masyarakat yang tidak kondusif sering kali melahirkan berbagai fenomena. Dalam budaya Jawa fenomena kedatangan ratu adil merupakan fenomena yang sering muncul ketika masa sulit atau kacau sedang terjadi.
Munculnya sosok ketika masa kacau selalu diidentikan dengan ratu adil. Dimasa pergerakan nasional muncul sosok yang dianggap sebagai ratu adil, seperti H.O.S Tjokroaminoto, R.A Kartini, Tan Malaka, dll. Pada masa pendudukan Jepang hingga masa Revolusi Kemerdekaan muncul nama Soekarno dan Hatta, K.H Dewantara, Sri Sultan Hamengkubuwono IX, dll.

Prostitusi di Kota Seribu Industri


            Prostitusi secara istilah merupakan usaha pelacuran atau pelayanan seks. Prostitusi atau pelacuran itu sendiri sudah ada sejak masa Kolonial. Praktik prostitusi pada masa VOC atau Hindia Belanda dilatar belakangi kebutuhan orang-orang eropa yang awalnya tidak membawa istri-istri mereka, sehingga butuh pelampiasan birahi sehingga memilih untuk mengawini wanita pribumi baik untuk dijadikan sebagai istri atau hanya sebatas gundik. Praktik prostitusi ini tersebar di daerah pantai utara khususnya kota-kota penting seperti Batavia, Semarang sampai Surabaya. Bisnis ini didukung oleh pemerintah kolonial. Sisa-sisa masa lalu masih ada hingga era modern sekarang ini, walaupun tempat semacam Dolly, Saritem, Kramat Tunggak, dll. sudah digusur dan dibangun fasilitas lain yang lebih bermanfaat bagi masyarakat namun masih ada praktik prostitusi yang berlangsung meski terselubung.   
            Prostitusi atau pelacuran merupakan penyakit masyarakat,  tidak mudah untuk memusnahkan praktik tersebut dari kehidupan masyarakat. Banyak faktor pendukung terjadinya prostitusi mulai dari faktor ekonomi, sosial, maupun psikologi dari penjaja dan juga peminat prostitusi. Ada juga orang yang beralasan karena untuk menghindari atau melampiaskan emosi sehingga seseorang yang mengalami masalah merasa ingin melakukan segala sesuatu sesuai kehendak hatinya sebagai luapan emosi atau hanya sekedar ingin memuaskan dirinya. 
       Faktor lingkungan, disini lingkungan memegang andil sangat penting dalam pembentukan kepribadian seseorang, walaupun keluarga merupakan faktor pembentuk kepribadian yang utama tetapi tidak menutup kemungkinan lingkungan juga bertindak dalam pembentukan kepribadian seseorang, Selain itu juga ada factor pengaruh ekonomi dimana seorang yang berprostitusi merasa bahwa hanya itu yang bisa dilakukan untuk menyambung hidup.
            Tangerang yang merupakan daerah penyangga Ibukota mempunyai penyakit sama yang tidak bisa dihindari dari sisi gelapnya perkotaan yang merembet hingga daerah sekitar. Awal mulanya muncul lokalisasi di Tangerang karena dibubarkannya lokalisasi besar macam Kramat Tunggak, Gajah Mungkur, Saritem, dan Dolly. Kebanyakan dari pengusaha atau penjaja seks tersebut mencari daerah lain sebagai tempat membuat usaha baru terutama daerah kota besar. Tangerang yang notabene adalah daerah perindustrian pastinya menjadi daya tarik bagi para mucikari.
            Lokalisasi terbesar di Tangerang adalah lokalisasi dadap yang terletak di kecamatan kosambi, Kabupaten Tangerang. Lokalisasi ini merupakan tempat para penjaja cinta sejak tahun 80-an. Namun namanya melambung ketika tempat lokalisasi lain seperti dolly ditutup. Bahkan banyak dari pekerja seks yang pindah dari dolly ke dadap.
            Respon dari masyarakat terhadap lokalisasi ini juga mempengaruhi kelangsungan lokalisasi ini. Masyarakat sekitar cenderung biasa-biasa saja, ada juga yang menyewakan kamar untuk para penjaja seks. Namun demikian tidak sedikit yang protes dan menginginkan ditutupnya lokalisasi ini.
            Walaupun kecaman dari segala pihak terhadap prostitusi telah cukup untuk memberikan peringatan keras terhadap para pelaku prostitusi, namun nampaknya hal tersebut  direspon sedikitpun oleh para pelaku prostitusi , malah prostitusi semakin marak dan tidak mengenal kota ataupun desa. Sepertinya hal tersebut sudah tidak lagi tabu untuk dibicarakan. Bahkan permasalahan ini menjadi hal yang sangat mendapat perhatian khusus dimana penyakit HIV/ AIDS banyak menyerang masyarakat karena akibat dari prostitusi ini.

Faktor- Faktor Penyebab Terjadinya Pelacuran
            Berlangsungnya perubahan- perubahan sosial dan degredasi dalam kebudayaan, mengakibatkan ketidakmampuan banyak individu untuk menyesuaikan diri dan mengakibatkan timbulnya disharmonisasi, konflik- konflik eksternal dan internal, juga organisasi dalam masyarakat.
            Peristiwa- peristiwa tersebut memudahkan individu menggunakan pola- pola umum yang berlaku. Dalam hal ini ada pola pelacuran, untuk mempertahankan hidup ditengah- tengah hiruk-pikuk alam pembangunan, khususnya di Indonesia.
            Beberapa peristiwa sosial penyebab timbulnya pelacuran antara lain sebagai berikut :
a.       Tidak adanya UU yang melarang pelacuran. Juga tidak ada larangan terhadap orang- orang yang melakukan relasi seks sebelum pernikahan.
b.      Adanya keinginan dan dorongan manusia untuk menyalurkan kebutuhan seks, khususnya di luar ikatan perkawinan.
c.      Komersialisasi dari seks, baik dari pihak wanita maupun germo- germo dan oknum- oknum tertentu yang memanfaatkan pelayanan seks.
d.       Merosotnya norma- norma susila dan keagamaan.
e.       Semakin besarnya penghinaan orang terhadap martabat kaum wanita dan harkat manusia.
f.       Kebudayaan eksploitasi pada zaman modern ini, khususnya mengeksploitasi kaum lemah/ wanita untuk tujuan- tujuan komersil.
g.   Ekonomi laissez-faire menyebabkan timbulnya system harga berdasarkan hokum “jual dan permintaan”, yang diterapkan pula dalam relasi seks.
h.      Peperangan dan masa- masa kacau olem gerombolan- gerombolan pemberontakan di dalam negeri meningkatkan jumlah pelacuran.
i.        Adanya proyek- proyek pembangunan dan pembukaan daerah- daerah pertambangan dengan konsentrasi kaum pria, sehingga mengakibatkan adanya ketidakseimbangan rasio dan wanita didaerah- daerah tersebut.
j.        Perkembangan di kota- kota, daerah- daerah pelabuhan dan industry yang sangat cepat menyerap banyak tenaga buruh serta pegawai pria.
k.      Bertemu macam- macam kebudayaan asing dan kebudayaan- kebudayaan setempat.1

Motif- motif yang Melatarbelakangi Pelacuran
            Mengingat latar belakang Tangerang yang mengarah ke Industri, banyak orang yang ingin mengambil keuntungan dari hal tersebut. Termasuk para panjaja seks, yang berduyun-duyun datang ke Tangerang untuk mencari rejeki lewat jalan malam yang tidak mereka sadari membawa pengaruh buruk. Para penjaja seks ini berasal dari banyak daerah diluar Tangerang terutama dari Jawa Timur.
            Setelah dolly ditutup banyak dari para PSK ini eksodus ke daerah lain hingga sampai ke lokalisasi dadap Tangerang. Lokalisasi dadap ini merupakan lokalisasi terbesar di Tangerang. Banyak mucikari, germo, dan PSK yang menjajakan seks. Warga sekitarpun ikut andil dengan menyewakan kost-kostan dan menjaga parker para pria hidung belang.
Hasil gambar untuk kesejahteraan petani            Dilihat dari motivasi para penjajaj dari luar kota adalah adanya kecenderungan melacurkan diri pada banyak wanita untuk menghindarkan diri dari kesulitan hidup, dan mendapatkan kesenangan melalui jalan pendek. Kurang pengertian, kurang pendidikan, dan buta huruf, sehingga menghalalkan pelacuran.   Ada nafsu- nafsu yang abnormal, tidak terintegrasi dalam kepribadian, dan keroyalan seks. Histeris dan hyperseks, sehingga mereka tidak merasa puas mengadakan relasi seks dengan satu pria/ suami. Tekanan ekonomi, factor kemiskinan, ada pertimbangan- pertimbangan ekonomis untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya, khususnya dalam usaha mendapatkan status social yang lebih baik.

Akibat- akibat Pelacuran
            Beberapa akibat yang di timbulkan oleh pelacuran ialah sebagai berikut :
1.      Menimbulkan dan menyebarluaskan penyakit kelamin dan kulit. Penyakit yang paling banyak terdapat ialah syphilis dan gonorrhoe (kencing nanah).
2.      Merusak sendi- sendi kehidupan keluarga. Suami- suami yang tergoda oleh pelacur biasanya melupakan fungsinya sebagai kepala keluarga.
3.      Mendemoralisasi atau memberikan pengaruh demoralisasi kepada lingkungan khususnya anak- anak muda remaja pada masa puber dan adolensi.
4.      Berkorelasi dengan kriminalitas dan kecanduan bahan- bahan narkotika (ganja, morfin, heroin, dan lain-lain).
5.      Merusak sendi- sendi moral, susila, hokum dan agama.
6.      Adanya pengeksploitasian manusia oleh manusia lain.
7.      Bisa menyebabkan terjadinya disfungsi seksual. 1

Solusi menghilangkan prostitusi
Prostitusi merupakan masalah yang sangat pelik, menyangkut kehidupan moral bangsa. Begitu gilanya manusia dalam memenuhi masalah individual mengakibatkanmunculnya hasrat seks yang sanagat jauh dari garis norma di masyarakat. Penyalahan norma ini cenderung terjadi karena berbagai macam motif dan aspek, dari mlai sosial hingga ekonomi.
Pemerintah dalam hal ini dinas sosial telah banyak melakukan upaya untuk menyelesaikan masalah ini. Mulai dari memberi penyuluhan untuk para PSK, membuat lapangan kerja bagi PSK, samapi membubarkan lokalisasi tidak pernah terhenti praktik semacam ini. Lokalisasi yang terkenal seperti dolly, saritem, dan gajah mungkur telah hilang, namun bibitnya meneybar hingga lokalisasi dadap di Tangerang.
Seyogianya jika memang pemerintah ingin menghapuskan praktik-praktik tersebut maka harus ada undang-undang tentang larangan atau pengaturan penyelenggaraan pelacuran. Intensifikasi pendidikan keagamaan dan kerohanian, untuk menginsafkan kembali dan memperkuat iman terhadap nilai religius serta norma kesusilaan. Bagi anak puber dan remaja ditingkatkan kegiatan seperti olahraga dan rekreasi, agar mendapatkan kesibukan, sehingga mereka dapat menyalurkan kelebihan energi. Perluas lapangan kerja bagi kaum wanita disesuaikan dengan kodratnya dan bakatnya, serta memberikan gaji yang memadahi dan dapat untuk membiayai kebutuhan hidup.
Diadakan pendidikan seks dan pemahaman nilai perkawinan dalam kehidupan keluarga. Pembentukan team koordinasi yang terdiri dari beberapa instansi dan mengikutsertakan masyarakat lokal dalam rangka penanggulangan prostitusi.
Sedangkan usaha-usaha yang bersifat represif kuratif dengan tujuan untuk menekan, menghapus dan menindas, serta usaha penyembuhan para wanita tuna susila, untuk kemudian dibawa kejalan yang benar. Melakukan kontrol yang ketat terhadap kesehatan dan keamanan para pelacur dilokalisasi. Mengadakan rehabilitasi dan resosialisasi, agar mereka dapat dikembalikan sebagai anggota masyarakat yang susila. Rehabilitasi dan resosialisasi dilakukan melalui pendidikan moral dan agama, latihan kerja, pendidikan ketrampilan dengan tujuan agar mereka menjadi kreatif dan produktif.
Pembinaan kepada para WTS sesuai dengan bakat minat masing-masing. Pemberian pengobatan (suntiakan) paa interval waktu yang tetap untuk menjamin kesehatan dan mencegah penularan penyakit. Menyediakan lapangan kerja baru bagi mereka yangbersedia meninggalkan profesi pelacur, dan yang mau memulai hidup susila. Mengadakan pendekatan kepada pihak keluarga dan masyarakat asal pelacur agar mereka mau menerima kembali mantan wanita tuna susila untuk mengawali hidup barunya. Mencarikan pasangan hidup yang permanen (suami) bagi para wanita tuna susila untuk membawa mereka ke jalan yang benar, dan Mengikutsertakan para wanita WTS untuk berpratisipasi dalam rangka pemerataan penduduk di tanah air dan perluasan kesempatan bagi kaum wanita.
Kesimpulan
            Tangerang yang merupakan daerah penyangga Ibukota sekaliagus daerah Industri menyedot masyarakat luar kota untuk datang. Banyak dari pekerja dari luar kota cenderung membuka usaha yang negatif seperti usaha lokalisasi terselubung dan terang-terangan.
            Munculnya praktik prostiusi tidak lepas akarena berbagai factor yang lmelatarelkangi dan jugamotfi dari para pnejjaja seks tersebut. Pengaruh dari keluarga lingkungan, samapai kondsisi ekonomi ditengarai menjadi alasan banyak pihak melakuakan bisnis haram ini. Selain itu juga karena adanya hasrat dan perilaku seks yang menyimpang turut memberi andil bagi indivisu untuk mencari penjaja seks.
            Padahal jika kita lihat lagi lebih banyak kerugian yang akan ditimbulkan, mualai dari penyakit-penyakit kelamin yang akan menyebar lewat medium PSK atau WTS. Juga menurunnya ahlak manuisa terlebih jika memandang dalam persoalan agama seseoang.
            Sudah banyak usah dari pemrintah dalam pemenghentikan arus perkembangan industry seks ini temasuk dengan mebubarkan praktik seks seperti yang dilakuakan pada lokalisasi dolly. Namun memang insutri ini tak kan mati selama penjaja dan dan pelangga sadar bahwa paa yang mereka lakukan salah dan patut unutk dimusnahkan.


                                                                     Sumber