Senin, 06 Juni 2016

Surat yang Belum dibalas

15 – Januari – 2016
Hari ini adalah hari pertama kamu pradiksar Resimen Mahasiswa. Dengan segala tekad yang awalnya yakin, siap, semangat, dan menjalani semua dengan ikhlas tiba-tiba hal itu menjadi kebalikannya. Wajar saja, karena pikirmu masih terbaluti dengan kenangan liburan tempo hari. Tak ubahnya kamu tetap saja kelihatan seperti tak ada apa-apa.
Kepekaanku terhadap perasaanmu yang kini sudah terlatih bahwa perasaanku mengatakan dirimu hanya perlu diyakinkan dan tetap disemangati. Tanpa basa-basi ku langsung telvon dirimu. Menanyakan ada apakah sebenarnya sampai hal ini dapat terjadi?
Untuk 3 minggu ke depan, aku tak masalah jika tak berkomunikasi denganmu. Karena aku mengerti posisimu dan aku menghargai kegiatanmu. Jarak ini hanya menghalangi penglihatan kita untuk bertemu. Tetapi jarak ini bukan menjadi penghalang untuk sebuah komitmen dan keyakinan. Hubungan ini bukanlah sebuah hubungan pada masa putih abu-abu lagi, namun ini adalah sebuah hubungan yang sama-sama kita ketahui bahwa cara berfikir kita menunjukkan kita telah dewasa. Walau kita jauh, In shaa Allah selalu didekatkan dengan doa-doaku untukmu. Begitupun sebaliknya.

Semangat untuk diksarnya.. Semangat yang kuat untuk kamu, si bapak camen yang botak seksi hehehe. Ingat awal pilihanmu untuk mengikuti kegiatan ini, jangan kecewakan dirimu sendiri. Aku yakin kamu pasti bisa, itu kan yang sering kamu bilang ke aku. Sekarang giliran aku yang bilang itu ke kamu hehe. Setelah pulang dari diksar nanti, janji langsung kabarin aku yaaaa Pak Menwa... Jangan pernah merasa kamu sendirian, cause Allah always with you..