Bis, Cinta, dan Harapan
Anbu
Selesai subuh bergegas aku basahi diri
dengan air . Dingin menusuk sampai ketulang belulangku. Kuteruskan langkahku
duduk bersama nasi goreng dan juga segelas susu putih manis. Dalam rencanaku
hari ini aku ingin melepas rindu dengan laboratorium tempatku mencari ilmu dan
pengetahuan baru.
Selepas ku habiskan tetes terakhir
segelas susu itu, aku bergegas bersiap untuk menuju tempat nanti aku menunggu
Bis. Sebelumnya laboratoriumku itu terletak di Ibu Kota Provinsi yang jarak tempuhnya
40 menit dari tempat tinggalku.
Aku berangkat pukul 7 pagi, ku bawa
bekal air mineral dan juga dua buah roti untuk menemani aku membaca di sana. Ketika
aku menunggu bis,aku selalu tertarik dengan banyaknya aktivitas di sekitarku
yang selalu ramai baik siang bahkan sampai malam hari.
Akhirnya Bis yang aku tunggu tiba. Aku
duduk di kursi paling depan, dekat dengan jendela. Tempat duduk ini selalu aku
sukai baik ketika setiap kali aku menaiki bis. Aku bisa melihat kedepan dan
kesamping dengan jelas. Walaupun demikian temanku sering mengatakan bahwa
tempat itu layaknya kursi rollercoaster, cuman bedanya tidak ada sabuk
keselamatan saja.
Satu jam bis mengisi penumpang, kemudian
berlalu menuju tujuanku. Diperjalanan aku bisa menikmati keindahan persawahan
yang masih banyak sebelum nanti mungkin pemandangan ini akan terusik pengembang
perumahan ataupun penggiat industri. Namun yang aku karuniai adalah sosok
wanita tepat disampingku yang entah aku tidak tahu apa perasaan dia duduk
disamping aku seorang pemimpi yang memiliki impian sederhana bisa terbang saja.
Ketika aku memandangnya dengan senyuman,
dibalas dengan senyum yang tulus dan ikhlas terlihat dari rona matanya. Sayup
dan kantung matanya aku pikir mencerminkan kekuatan dan kegigihan dia. Aku
berkenalan dengan dia, dia seorang mahasiswi di sekitar tempat tujuanku.
Jaket cokelatnya menandakan itu. Aku
berbincang banyak dari mulai asal, pekerjaan, hingga kisah yang aku balut
dengan jenaka shingga membuat kami terbawa gelak tawa. Aku rasa, aku jatuh cinta.
Kepada dia gadis dalam bis. Setidaknya walau bukan yang pertama mungkin saja
dia akan jadi yang terakhir dan bersedia paling lama untuk menemani hidupku
hingga sisa usia.
Biarlah harapan menjadi sebuha impian
yang aku tak tau akan terwujud atau tidaknya. Aku hanya gantungkan sisa keadaan
nantikepada usahaku dalam menapaki hidup dan mensyukuri karunia dan rhamat
tuhanku. Selebihnya aku serahkan persetujuan kepada-Nnya.
Karena aku tahu cinta yang datang dan
bersemi dan bis ini hanyalah fatamorgana saja. Tak lebih bagus dari cinta pasti
ketika sudah berumah tangga. Namun aku sendiri sadar betapa jika kemauan kita
kuat maka semuanya bisa mnejadi nyata. Kun Fa Ya Kun ketika tuhan mengatakan
jadi makan jadilah.
Namun harapan dan keinginan sering kali
membuat perbedaan dalam jalan yang nanti kita akan temui. Aku dan dia hanya
sebatas teman saja. Jika nanti tuhan merestui aku dan dia jadi teman hidup
selamanya. Hingga anak dan cucu membiakkan anak dan cucu lagi. Hingga hidup
dalam kegamangan nyawa terakhir. Dalam dekapan diri dan kisah asmara diantara
aku dan dia. Menjadi torehan manis bagi kami berdua.