Rabu, 30 Maret 2016

Bis, Cinta, dan Harapan

Bis, Cinta, dan Harapan
Anbu
Selesai subuh bergegas aku basahi diri dengan air . Dingin menusuk sampai ketulang belulangku. Kuteruskan langkahku duduk bersama nasi goreng dan juga segelas susu putih manis. Dalam rencanaku hari ini aku ingin melepas rindu dengan laboratorium tempatku mencari ilmu dan pengetahuan baru.
Selepas ku habiskan tetes terakhir segelas susu itu, aku bergegas bersiap untuk menuju tempat nanti aku menunggu Bis. Sebelumnya laboratoriumku itu terletak di Ibu Kota Provinsi yang jarak tempuhnya 40 menit dari tempat tinggalku.
Aku berangkat pukul 7 pagi, ku bawa bekal air mineral dan juga dua buah roti untuk menemani aku membaca di sana. Ketika aku menunggu bis,aku selalu tertarik dengan banyaknya aktivitas di sekitarku yang selalu ramai baik siang bahkan sampai malam hari.
Akhirnya Bis yang aku tunggu tiba. Aku duduk di kursi paling depan, dekat dengan jendela. Tempat duduk ini selalu aku sukai baik ketika setiap kali aku menaiki bis. Aku bisa melihat kedepan dan kesamping dengan jelas. Walaupun demikian temanku sering mengatakan bahwa tempat itu layaknya kursi rollercoaster, cuman bedanya tidak ada sabuk keselamatan saja.
Satu jam bis mengisi penumpang, kemudian berlalu menuju tujuanku. Diperjalanan aku bisa menikmati keindahan persawahan yang masih banyak sebelum nanti mungkin pemandangan ini akan terusik pengembang perumahan ataupun penggiat industri. Namun yang aku karuniai adalah sosok wanita tepat disampingku yang entah aku tidak tahu apa perasaan dia duduk disamping aku seorang pemimpi yang memiliki impian sederhana bisa terbang saja.
Ketika aku memandangnya dengan senyuman, dibalas dengan senyum yang tulus dan ikhlas terlihat dari rona matanya. Sayup dan kantung matanya aku pikir mencerminkan kekuatan dan kegigihan dia. Aku berkenalan dengan dia, dia seorang mahasiswi di sekitar tempat tujuanku.
Jaket cokelatnya menandakan itu. Aku berbincang banyak dari mulai asal, pekerjaan, hingga kisah yang aku balut dengan jenaka shingga membuat kami terbawa gelak tawa. Aku rasa, aku jatuh cinta. Kepada dia gadis dalam bis. Setidaknya walau bukan yang pertama mungkin saja dia akan jadi yang terakhir dan bersedia paling lama untuk menemani hidupku hingga sisa usia.
Biarlah harapan menjadi sebuha impian yang aku tak tau akan terwujud atau tidaknya. Aku hanya gantungkan sisa keadaan nantikepada usahaku dalam menapaki hidup dan mensyukuri karunia dan rhamat tuhanku. Selebihnya aku serahkan persetujuan kepada-Nnya.
Karena aku tahu cinta yang datang dan bersemi dan bis ini hanyalah fatamorgana saja. Tak lebih bagus dari cinta pasti ketika sudah berumah tangga. Namun aku sendiri sadar betapa jika kemauan kita kuat maka semuanya bisa mnejadi nyata. Kun Fa Ya Kun ketika tuhan mengatakan jadi makan jadilah.
Namun harapan dan keinginan sering kali membuat perbedaan dalam jalan yang nanti kita akan temui. Aku dan dia hanya sebatas teman saja. Jika nanti tuhan merestui aku dan dia jadi teman hidup selamanya. Hingga anak dan cucu membiakkan anak dan cucu lagi. Hingga hidup dalam kegamangan nyawa terakhir. Dalam dekapan diri dan kisah asmara diantara aku dan dia. Menjadi torehan manis bagi kami berdua.