Minggu, 22 November 2015

Dahan Pohon Arboretum

Dahan Pohon Arboretum
Pagi selalu mengilhami pikiranku untuk merasakan kembali nikmat dunia dari tuhan. Entah bagaimana aku dapat menjelaskan segala hal yang aku pikirkan kala itu. Namun terkadang bayang-bayang akan dunia kedepan adalah salah satu topik favorit yang selalu ada dikala itu. Entah aku yang terlalu progresif dalam memikirkan hal tersebut ataukah memang hal tersebut menjadi hal alamiah ketika kita membayangkan dunia kedepan.
Terkadang dalam lamunan itu aku selalu membayangkan akan hadirnya kehidupan  bahagia dengan orang terkasih yang ada disampingku saat ini. Entah hanya sebuah gurawan pikiran atau visi kedepan, akau tak mau menganggap terlalu serius hal itu. Karena jalanku masih panjang, kesempatan dalam meraih impian masih lebar membentang.
Ketika itu lamunanku terhenti, angsa putih di danau yang menyadarkan ku dari mimpi duniawi. Terlihat berenang dan mondar mandir sambil sesekali menghempaskan kepalanya ke dalam air hijau yang aku pikir hal yang biasa dilakukannya. Andaikan aku juga bisa seperti dia yang bisa berenang dan melakukan apapun yang orang takkan mengeluhkannya kepadaku. Sayangnya aku dilahirkan sebagai manusia bukan seorang angsa.
Hal yang mengusik adalah ketika kawanan angsa itu disir oleh penjaga, yah begitulah dunia ketika kita sedang menikmati apa yang nyaman cepat atau lambat akan ada hal yang memaksa kita untuk pergi. Sedikitnya aku termakan dengan bayangan sebagai seorang angsa putih.
Tetap dalam pendanganku pagi itu, banyak mahasiswa lalu lalang berjalan kaki dan juga banyak yang tertawa ria di susut pohon rindang. Ada juga pemandangan yang tidak aku gubris namun aku menaruh perhatian pada objek itu. Yah dua orang sejoli di dekat danau yang sedang bercenkrama ria dan sekali-kali memotret diri mereka sendiri. Yah apa kata dunia tentang kehidupan anak muda sekarang ini. Akupun juga sama jika aku punya kekasih. Namun sayangnya hal itu hanya sebuah keniscayaan untuk saat ini.
Kulihat diseberang sana, banyak orang sedang melakukan aktivitasnya yang riuh dan penuh dengan semangat. Ya ketika itu sekelompok mahasiswa sedang berolahraga dayung dan canoo. Sungguh menarik apa yang mereka lakukan pada saat itu. Hingga membuatku terangsang untuk melakukan hal yang sama. Andaikan aku seorang angsa, akh bayang itu kembali lagi.
Yah apalah dayaku untuk bangkit dari bawah pohon rindang ini saja sulit kiranya. Apalagi melakukan aktivitas itu. Kurebahkan kembali badanku sambil ku tengok telpon pintarku yang dari tadi berisik membuat pusing kepala. Banyak hal-hal yang tak penting, ku abaikan telpon pintarku dan aku kembali merebahkan badanku.
Ketika diriku memandang ke langit biru, bertemulah pandangnaku dengan sekumpulan burung camar yang melintas dari hutan gunung ke  rah timur laut. Entah mau kemana mereka, namun terlihat seperi sedang sibuk. Yah burungpun bisa sesibuk manusia. Kukira mereka sedang mencari makan, atau sedang bermigrasi yah entahlah.
Kucoba kupejamkan mata kala itu. Namun sulit, sinar mentari selalu mencoba untuk menerobos kedalam bola mataku. Entah dia tak suka jika aku palingkan bola mataku dari sinarnya atau dia tak senang jika aku pejamkan mata pagi itu. Sungguh sulit untuk kembali istirhat.
Ku coba bangunkan dri sendiri dan berpindah ke pohon rindang didekat danau. Ahhh, tempat yang nyaman kiranya untuk bersandar dan membuka bayangan baru. Tak sampai sepuluh menit aku mulai terlelap, karena angina yang berhembus dan paduan suara hewan-hewan disekitar arboretum yang mengantarku dalam lembayung mimpi.
Dalam lelapku sedikit gambaran akan dunia kedepan akan seperti apa. Tak sabar kirnya aku untuk mengahdapi hal tersebut. Walaupun kemungkinan akan baik atau buruk akhirnya.  Oh cerita yang indah-indah saja yang aku bayangkan, seperti biasanya. Padahal semua kemungkinan pasti terjadi, tapi apa mau dikata kita pasti akan mengharapakn sesuatu yang indah saja bukan ?, hahaha. Tawaku dalam mimpi.
Braaakkkk, ranting pohon mengeni dahiku. Ahhh, rejeki pagi hari pikirku. Untung tak lebih besar dari lenganku. Jika lebih besar sudah pindah sndaranku menjadi bantal ruang perawatan.
Kutengok keatas, pohon ini sudah berumur ternyata. Padahal batang utamnya sangat kokoh menopang, namun ada saja dahan yang jatuh. Sudahlah, kurebahkan kembali tubuhku.
Namun tiba-tiba telpon berbunyi dengan kerasnya ……

“Dimana Feb ?,”
“Arboretum, kenapa nop ?
“bisa bertemu nanti hari minggu ?”
“Bisa, kemungkinan aku pulang jum’at ke rumah”.
“Bagus berarti, aku tunggu dirumah yah”.
“Okay, sampai bertemu”.
“iya”. Tutupnya.

Hemmm, giliranku disini sudah berakhir ku mulai bangkitkan diri dan berjalan menuju kostku. Namun kenangan dahan pohon itu kiranya akan selalu ku kenang.