Dahan
Pohon Arboretum
Pagi
selalu mengilhami pikiranku untuk merasakan kembali nikmat dunia dari tuhan.
Entah bagaimana aku dapat menjelaskan segala hal yang aku pikirkan kala itu.
Namun terkadang bayang-bayang akan dunia kedepan adalah salah satu topik favorit
yang selalu ada dikala itu. Entah aku yang terlalu progresif dalam memikirkan
hal tersebut ataukah memang hal tersebut menjadi hal alamiah ketika kita
membayangkan dunia kedepan.
Terkadang
dalam lamunan itu aku selalu membayangkan akan hadirnya kehidupan bahagia dengan orang terkasih yang ada
disampingku saat ini. Entah hanya sebuah gurawan pikiran atau visi kedepan,
akau tak mau menganggap terlalu serius hal itu. Karena jalanku masih panjang,
kesempatan dalam meraih impian masih lebar membentang.
Ketika
itu lamunanku terhenti, angsa putih di danau yang menyadarkan ku dari mimpi
duniawi. Terlihat berenang dan mondar mandir sambil sesekali menghempaskan
kepalanya ke dalam air hijau yang aku pikir hal yang biasa dilakukannya.
Andaikan aku juga bisa seperti dia yang bisa berenang dan melakukan apapun yang
orang takkan mengeluhkannya kepadaku. Sayangnya aku dilahirkan sebagai manusia
bukan seorang angsa.
Hal
yang mengusik adalah ketika kawanan angsa itu disir oleh penjaga, yah begitulah
dunia ketika kita sedang menikmati apa yang nyaman cepat atau lambat akan ada
hal yang memaksa kita untuk pergi. Sedikitnya aku termakan dengan bayangan
sebagai seorang angsa putih.
Tetap
dalam pendanganku pagi itu, banyak mahasiswa lalu lalang berjalan kaki dan juga
banyak yang tertawa ria di susut pohon rindang. Ada juga pemandangan yang tidak
aku gubris namun aku menaruh perhatian pada objek itu. Yah dua orang sejoli di
dekat danau yang sedang bercenkrama ria dan sekali-kali memotret diri mereka
sendiri. Yah apa kata dunia tentang kehidupan anak muda sekarang ini. Akupun
juga sama jika aku punya kekasih. Namun sayangnya hal itu hanya sebuah
keniscayaan untuk saat ini.
Kulihat
diseberang sana, banyak orang sedang melakukan aktivitasnya yang riuh dan penuh
dengan semangat. Ya ketika itu sekelompok mahasiswa sedang berolahraga dayung
dan canoo. Sungguh menarik apa yang mereka lakukan pada saat itu. Hingga
membuatku terangsang untuk melakukan hal yang sama. Andaikan aku seorang angsa,
akh bayang itu kembali lagi.
Yah
apalah dayaku untuk bangkit dari bawah pohon rindang ini saja sulit kiranya. Apalagi
melakukan aktivitas itu. Kurebahkan kembali badanku sambil ku tengok telpon
pintarku yang dari tadi berisik membuat pusing kepala. Banyak hal-hal yang tak
penting, ku abaikan telpon pintarku dan aku kembali merebahkan badanku.
Ketika
diriku memandang ke langit biru, bertemulah pandangnaku dengan sekumpulan
burung camar yang melintas dari hutan gunung ke rah timur laut. Entah mau kemana mereka, namun
terlihat seperi sedang sibuk. Yah burungpun bisa sesibuk manusia. Kukira mereka
sedang mencari makan, atau sedang bermigrasi yah entahlah.
Kucoba
kupejamkan mata kala itu. Namun sulit, sinar mentari selalu mencoba untuk
menerobos kedalam bola mataku. Entah dia tak suka jika aku palingkan bola
mataku dari sinarnya atau dia tak senang jika aku pejamkan mata pagi itu.
Sungguh sulit untuk kembali istirhat.
Ku
coba bangunkan dri sendiri dan berpindah ke pohon rindang didekat danau. Ahhh,
tempat yang nyaman kiranya untuk bersandar dan membuka bayangan baru. Tak
sampai sepuluh menit aku mulai terlelap, karena angina yang berhembus dan
paduan suara hewan-hewan disekitar arboretum yang mengantarku dalam lembayung
mimpi.
Dalam
lelapku sedikit gambaran akan dunia kedepan akan seperti apa. Tak sabar kirnya
aku untuk mengahdapi hal tersebut. Walaupun kemungkinan akan baik atau buruk
akhirnya. Oh cerita yang indah-indah
saja yang aku bayangkan, seperti biasanya. Padahal semua kemungkinan pasti
terjadi, tapi apa mau dikata kita pasti akan mengharapakn sesuatu yang indah
saja bukan ?, hahaha. Tawaku dalam mimpi.
Braaakkkk,
ranting pohon mengeni dahiku. Ahhh, rejeki pagi hari pikirku. Untung tak lebih
besar dari lenganku. Jika lebih besar sudah pindah sndaranku menjadi bantal
ruang perawatan.
Kutengok
keatas, pohon ini sudah berumur ternyata. Padahal batang utamnya sangat kokoh
menopang, namun ada saja dahan yang jatuh. Sudahlah, kurebahkan kembali
tubuhku.
Namun
tiba-tiba telpon berbunyi dengan kerasnya ……
“Dimana
Feb ?,”
“Arboretum,
kenapa nop ?
“bisa
bertemu nanti hari minggu ?”
“Bisa,
kemungkinan aku pulang jum’at ke rumah”.
“Bagus
berarti, aku tunggu dirumah yah”.
“Okay,
sampai bertemu”.
“iya”.
Tutupnya.
Hemmm,
giliranku disini sudah berakhir ku mulai bangkitkan diri dan berjalan menuju
kostku. Namun kenangan dahan pohon itu kiranya akan selalu ku kenang.